TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Badan Pemenangan Pemilihan Umum (Bapilu) Partai Hanura Ahmad Rofiq menganggap tak penting gelombang desakan mundur terhadap pemimpinnya, Hary Tanoesoedibjo. Sekretaris Jenderal Persatuan Indonesia ini tak mau memikirkan dan mengurusi permasalahan yang diusung sejumlah kader Hanura di tingkat pusat hingga daerah tersebut.
"Biarkan saja orang mau berpendapat apa. Tidak penting itu," kata Ahmad saat dihubungi, Kamis, 1 Mei 2014. (Baca: Dosa Hary Tanoesoedibjo pada Hanura)
Ia juga enggan menanggapi kekecewaan kader Hanura yang menuding Bapilu tak total dan tak profesional dalam menggalang suara dalam pemilihan legislatif lalu. Ia juga memilih diam ketika dikonfirmasi perihal kemarahan para kader tersebut karena Bapilu mengklaim perolehan 5,4 persen suara berkat sosok Hary Tanoe. "Saya no comment," kata Ahmad.
Menurut dia, hingga saat ini Hary Tanoe dan seluruh anggota Bapilu tetap bekerja sesuai dengan tugas menjelang proses pemilihan presiden mendatang. Hary Tanoe dan Bapilu tak mau terpengaruh dengan isu liar yang berembus di internal partai. "Kita lihat nanti saja akan seperti apa."
Hary membawa pengikutnya saat meninggalkan Partai Nasional Demokrat dan berlabuh ke Partai Hanura awal 2013, termasuk Ahmad Rofiq yang saat itu menjabat Sekretaris Jenderal NasDem. Setelah bergabung dengan Hanura, Hary memboyong juga pengikutnya untuk membentuk organisasi masyarakat bernama Persatuan Indonesia atau Perindo.
Gejolak di internal Hanura terjadi karena kekecewaan kader pada hasil perolehan suara yang jauh dari target, yaitu 10 persen. Sejumlah kader Hanura menuding HT menjadi penyebab hilangnya lima juta suara karena batal menggelontorkan dana saksi kepada kader dan simpatisan. (Baca: Saksi Partai Tagih Janji Uang Saksi)
FRANSISCO ROSARIANS
Berita Terpopuler
PT PAL Incar Proyek Rekayasa Umum
Rieke Diah Bantah Berambisi Jadi Menteri Tenaga Kerja
NasDem: Jokowi itu Produk Lokal