TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden dari poros PDI Perjuangan, Joko Widodo, menjanjikan pengungkapan kasus pengambilan paksa 13 aktivis reformasi. Janji itu diucapkan saat Jokowi bertemu dengan relawan asal Surabaya, Senin, 16 Juni 2014. Menurut Jokowi, setelah pengungkapan kasus itu tuntas, baru diputuskan apakah akan digelar rekonsiliasi atau tidak. Yang terpenting, kata Jokowi, nasib ke-13 aktivis itu jelas.
Jokowi menjawab pertanyaan Susan, seorang relawan yang meminta Jokowi harus menuntaskan kasus tersebut kelak jika menjadi presiden. Dia mengaku sedih melihat Fitri Nganthi Wani, anak salah satu aktivis yang hilang, Wiji Thukul.
"Rasanya sedih ditinggal ayah saya yang meninggal, apalagi kalau melihat anaknya Wiji Thukul," kata Susan ketika berbicara dengan Jokowi melalui call centre Jokowi-JK di East Kuningan, Senin, 16 Juni 2014.
Sedangkan ihwal Wiji Thukul, Jokowi mengatakan sudah kenal baik dengan keluarganya. "Dengan anaknya kenal baik, Mbak Sipon (istri Wiji Thukul) juga kenal baik," kata Jokowi. (Baca: Jokowi Wiji Thukul Harus Ditemukan)
Penculikan aktivis 1998 menyisakan 13 orang yang belum kembali. Mereka yakni Petrus Bima Anugreah, Herman Hendrawan, Suyat, Wiji Thukul, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin, dan Abdun Nasser.
Sedangkan aktivis yang mengaku diculik dan telah kembali ada sepuluh orang. Mereka yakni Andi Arief, Aan Rusdianto, Mugiyanto, Nezar Patria, Haryanto Taslam, Raharjo Waluyo Jati, Faisol Reza, Pius Lustrilanang, dan Desmond J. Mahesa.
SUNDARI
Berita Terpopuler:
Putra Prabowo Mengaku Tak Pernah Dikritik Ayahnya
Jokowi Dianggap Terlalu Banyak Mengulang KJP-KJS
Sony Xperia M2, Ponsel Hiburan Bergaya Premium
Pria Ini Menelan Blackberry