TEMPO.CO, Yogyakarta -- Ratusan perupa menggelar aksi melukis bersama sebagai bentuk dukungan terhadap pencalonan pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden di Museum Affandi di Sleman, Ahad, 15 Juni 2014. Di acara ini para perupa yang bergabung dalam Masyarakat Seniman Remen (suka) Jokowi-JK (Mas Rejo) mendeklarasikan dukungannya kepada Jokowi-JK.
"Aksi melukis bersama ini untuk mewadahi seniman-seniman Yogyakarta yang mayoritas suka Jokowi-JK," kata koordinator aksi melukis, Yoyock Suryo, saat ditemui di Museum Affandi, Ahad, 15 Juni 2014.
Sejumlah perupa gaek turut meramaikan acara tersebut. Sebut saja Djoko Pekik, Soenarto Pr, Tulus Warsito. Ada pula yang merupakan perupa muda, seperti Sentot Widodo, Bob Sick, Dyah Yulianto. Para perupa tak hanya dari Yogyakarta, melainkan juga datang dari Klaten, Surakarta, Magelang, Purwokerto, Banten dan Blitar.
Lukisan-lukisan itu akan dipamerkan. Apabila ada yang membeli lukisan, maka hasilnya akan dibagi dua. "Lima puluh persen untuk seniman, sisanya kami berikan untuk tim pemenangan Jokowi di tingkat nasional," kata Yoyock.
Perupa Godod Sutejo mengklaim peserta yang mendaftar telah melampaui target, yakni 200 orang. Meskipun jumlah peserta dalam buku presensi masih tertulis sekitar 160 orang. "Baru kali ini saya mendukung capres dengan memperlihatkan dukungan seperti ini," kata Godod, penggagas acara.
Dia terkesan dengan aksi blusukan yang dilakukan Jokowi. Blusukan dianggapnya sebagai budaya yang sekaligus menjadi akar seni Indonesia.
Para perupa itu menterjemahkan visi Jokowi tentang revolusi mental sebagai tema acara tersebut dalam lukisannya. Ada yang melukis wajah Jokowi, wajah Jokowi dan JK, melukis banteng, atau simbol-simbol lain yang memberi makna soal revolusi mental.
Di antaranya lukisan perupa tua, Yoyok Suroso, 60 tahun, yang lugas melukis wajah Jokowi-JK. Dia mengandalkan foto kedua tokoh yang diguntingnya dari koran. Dia menggunakan latar dengan warna merah yang dominan. Bagi dia, warna merah bukan serta merta dimaknai warna bendera PDIP pengusung Jokowi, melainkan juga simbol semangat. Dia mengagumi Jokowi karena blusukan-nya. "Dengan blusukan, dia mau mendengarkan wong cilik. Merakyat, sederhana," kata Yoyok yang mengenakan kaos putih bertuliskan "Blusukan untuk Wong Cilik".
Lukisan wajah Jokowi juga jadi hiasan kanvas yang ditorehkan guru seni rupa SMA Negeri 6 Yogyakarta, Endang Sri Hastuti. Dia menyandingkan sosok Jokowi dengan gambar tokoh wayang Pandawa, yaitu Puntadewa. "Jokowi itu agak identik dengan Puntadewa dalam hal kejujuran," kata Endang.
Anak maestro seni rupa almarhum Affandi, Kartika, terlihat duduk terpekur di atas kursi roda. Dia mengamati suasana sekitarnya dari kafenya yang berada di lingkungan museum. Sesekali dia berbincang dengan beberapa perupa yang menghampirinya. Dia mengaku senang melihat para perupa melukis bersama. Itu mengingatkan dia saat ramai-ramai melukis dalam Festival Peh Cun awal Juni lalu di Pantai Parangtritis, Bantul. Namun dia menolak apabila aksi melukis bersama tersebut diartikan dirinya mendukung Jokowi. "Yang namanya museum itu enggak mau terlibat dalam politik," kata Kartika.
Dia mempersilakan siapa pun melukis di museum tersebut. Baik yang mendukung capres hingga anak-anak jalanan. "Siapa pun yang tujuannya untuk kebaikan, kenapa tidak? Tak ada batasan," ujarnya dengan senyum ramah.
Kartika adalah satu dari 12 perupa yang namanya disebut Yoyok untuk melukis dalam kanvas panjang berukuran 9,9 meter. Ada Djoko Pekik yang ambil bagian. Namun, Kartika menyatakan tidak tahu, apakah dia akan ikut serta atau tidak. "Enggak tahu. Masih blank. Belum keluar inspirasi. Saya sudah pegang spidol, tapi enggak tahu mau melukis apa," ujarnya.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Berita lainnya:
Nunun Nurbaetie Bebas dari Penjara
Ini Pentingnya Keluarga Menurut Wapres Boediono
Pemain Sepak Bola Inggris Pakai Jas Buatan Indonesia