TEMPO.CO, Padang - Pengacara senior Todung Mulya Lubis mengatakan pemilihan presiden tahun ini akan menjadi pemilihan paling seru dalam sejarah Indonesia. Sebab, terjadi pertarungan yang ketat dan menegangkan di antara dua koalisi yang terbangun saat ini.
Menurut Todung Mulya Lubis, persiapan pilpres ini seperti persiapan perang. Banyak retorika kasar dan brutal terlontar dalam berbagai kampanye hitam. "Saya melihat pilpres kali ini akan membelah masyarakat. Ini mengingatkan saya pada pilpres Amerika saat George Bush bertarung melawan John Kerry," ujar dia saat menghadiri acara Anugerah Konstitusi Muhammad Yamin, di Sawahlunto, Sabtu malam, 31 Mei 2014.
Profesor Law School University of Melbourne ini mengatakan pilpres sekarang sudah menyebarkan ketegangan politik dan rakyat seolah berkata, "You are with us or against us". "Persis seperti George Bush dulu mengatakan pada saat dia menggalang dukungan untuk melakukan serangan terhadap Irak," ujar dia.
Kata Todung Mulya Lubis, saat ini, masyarakat menyaksikan teater politik yang mencekam. Pihak yang berhadapan seolah melihat pesaingnya sebagai musuh, bukan lawan. Dalam politik, seharusnya tak ada permusuhan, yang ada adalah persaingan dan perlawanan.
Dengan begitu, pilpres akan berakhir pada aksi-aksi politik yang menolak pilpres. "Sebab, kita cemas dengan pernyataan-pernyataan emosional dan brutal yang keluar dalam kampanye," ujar dia.
Todung mengatakan, jika Komisi Pemilihan Umum kurang siap dalam menjaga proses penghitungan suara, hal itu akan menjadi pemicu dan konflik politik. Hal ini berujung pada krisis politik.
Jika hal itu terjadi, kata Todung, sendi-sendi demokrasi yang sudah terbangun akan runtuh. Indonesia kembali ke titik nol.
ANDRI EL FARUQI
Berita lain:
Cerita di Balik Perseteruan Prabowo-Wiranto
Pakar Tata Negara Usulkan Kompilasi UU Pemilu
Cari iPhone Hilang, Berteriaklah