TEMPO.CO, Jakarta - Dinamika menjelang Munas Golkar terus memanas. Kali ini, dua kubu bakal calon ketua umum yakni Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo (Bamsoet) saling klaim telah mendapat sinyal restu dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Sinyal-sinyal itu ditangkap lewat gestur yang ditunjukkan saat pertemuan masing-masing bakal calon kandidat.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Doli Sinomba Siregar mengklaim, Jokowi lebih nyaman dengan Bamsoet. Doli menafsirkan hal tersebut dari durasi pertemuan antara Jokowi dan Bamsoet pada Senin lalu. Kata dia, pertemuan itu berlangsung lebih lama dibandingkan saat Jokowi bertemu Airlangga dan 34 DPD I Golkar pada awal Juli lalu.
"Jokowi dan Bamsoet berbicara hingga hampir dua jam. Ketika Jokowi bertemu Airlangga, sejumlah pihak menyampaikan hanya 15 menit," ujar Doli lewat keterangan tertulis pada Kamis, 18 Juli 2019.
Menurut Doli, pertemuan Jokowi dengan Bamsoet berlangsung sangat bagus, erat, dan kubunya menangkap sebuah sinyalemen positif. "Lewat pertemuan itu, kami bisa merasakan bagaimana Jokowi nyaman dengan seorang Bamsoet."
Di sisi lain, Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily mengklaim pertemuan antara Jokowi dan Airlangga bersama 34 DPD I Partai Golkar berlangsung dalam suasana yang sangat cair. Substansi yang dibahas juga menyangkut dengan keberadaan Partai Golkar.
"Durasi waktunya juga tidak benar kalau hanya 15 menit, tapi hampir satu jam setengah dan dilanjutkan makan-makan bersama beliau," ujar Ace saat dihubungi pada Kamis, 18 Juli 2019.
Jokowi secara eksplisit, ujar Ace, dalam pertemuan itu berbicara ihwal memperkuat kepemimpinan yang sekarang. Ace menangkap sinyal pernyataan Jokowi tersebut bermakna menginginkan Airlangga melanjutkan kepemimpinannya. "Jadi yang harus dilihat itu soal substansi pembicaraan, bukan hanya gesture dan waktu."
Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi menilai, restu Presiden Jokowi menjadi faktor penting untuk memenangkan pertarungan menuju Ketua Umum Partai Golkar di Munas mendatang.
Menilik dari ketua-ketua umum terpilih sebelumnya, ujar Burhanuddin, suara Munas selalu tergantung kemana bandul penguasa mengarah. Ketua Umum Golkar terpilih selalu merupakan sosok yang dekat dengan penguasa, dalam hal ini presiden.
"Saya masih yakin dengan tesis, siapapun yang menang di munas mendatang sangat ditentukan apakah si calon memiliki restu dari kekuasaan atau tidak," kata Burhanuddin dalam acara diskusi bertajuk 'Memanas Jelang Kontestasi; Membaca Restu Jokowi', di bilangan Kuningan, Ahad, 7 Juli 2019.
Namun, Burhanuddin menilai, dalam Munas kali ini, akan sulit membaca kemana restu Jokowi. Sebab, Airlangga dan Bamsoet sama-sama memiliki jabatan penting yang memiliki akses langsung kepada presiden saat ini. Jokowi pun memiliki kedekatan personal dengan kedua bakal caketum Golkar tersebut.
"Pak Jokowi akan menunggu sampai titik akhir. Ini berbeda dengan munaslub sebelumnya yang dari awal sudah terlihat jelas arahnya," ujar dia.
Pilihan Jokowi akan lebih hati-hati, ujar Burhanuddin, sebab di periode kedua pemerintahan ini, bekas Gubernur DKI Jakarta itu harus mempertimbangkan kemampuan memimpin masing-masing calon ketua umum, guna memastikan Jokowi bisa soft landing di periode kedua.