TEMPO.CO, Jakarta - Hasil sigi Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Januari 2019 lalu menunjukkan tiga partai berbasis Islam berpotensi gagal memenuhi parliamentary threshold (ambang batas). Partai-partai islam itu adalah: Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Survei tersebut mencatat elektabilitas PKS sebesar 4,6 persen; PPP 4,1 persen; PAN 1,6 di kalangan pemilih muslim. Sedangkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dianggap aman dengan elektabilitas di kalangan pemilih muslim sebesar 9,3 persen.
Peneliti LSI Denny JA, Ikran Masloman, mengatakan partai-partai Islam musti menerapkan strategi lain, selain berjualan isu agama. “Karena pemilih kita tidak hanya bisa ditarik lewat sentimen agama. Tapi bagaimana partai muslim bisa masuk pada kebutuhan dasar mereka, di dalamnya ada ekonomi,” ujar Ikram saat ditemui Tempo di kantornya Jumat, 1 Februari 2019.
Berikut ragam tanggapan dan strategi tiga partai yang disebut LSI berpotensi gagal maju ke parlemen:
1. PKS
Partai berlogo bulan dan padi ini dalam Pemilu 2019 mengusung tiga isu utama. PKS menawarkan tiga janji kepada konstituennya berupa penghapusan pajak sepeda motor, memberlakukan SIM seumur hidup, dan membuat Undang-Undang perlindungan ulama dan simbol agama.
“Dia program pertama menyasar ke muslim, perlindungan ulama dan simbol agama juga menyasar para pemilih muslim yang ingin ulama dilindungi, tidak dikriminalisasi,” kata caleg PKS, Pipin Sopian.
Ia percaya dengan menggunakan tiga isu tersebut, PKS menargetkan bisa memperoleh 70 kursi di Pemilu 2019 atau bertambah 30 kursi dari perolehan di Pileg 2014. Selain itu, dari perhitungannya, PKS akan mendapatkan perolehan suara 2 hingga 3 kali dari hasil survei.
2. PAN
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PAN, Yandri Susanto mengatakan partainya telah menetapkan isu-isu seperti masalah kesenjangan, tenaga kerja asing, dan masalah keumatan, untuk Pemilu 2019 ini. Namun menurutnya strategi PAN masih sama yaitu fokus dengan isu-isu teritorial di daerah pemilihan (dapil) masing-masing caleg.
“Jadi sekali lagi strategi kami tidak akan pernah kami ubah. Strategi per-teritorial atau dapil, kemudian ya itu para caleg itu bersaing dengan sehat dan besinergi di masing-masing dapil. Itu yang kami lakukan selama ini,” ujar Yandri ditemui Tempo di Komplek Parlemen, Senayan, Senin, 4 Maret 2019.
Yandri pun menegaskan sikap partainya yang ia sebut tidak percaya dengan hasil survei LSI. Ditambah PAN memiliki kekuatan di caleg. Sedangkan selama ini, kata dia, survei belum menyentuh elektabilitas para caleg, yang tercatat hanya elektabilitas partai saja.
3. PPP
Sekretaris Jenderal PPP, Arsul Sani mengatakan untuk meraup suara partainya tidak akan banyak mengubah gaya kampanye. Walaupun hasil survei LSI Denny JA menyebut penggunaan agama sebagai modal utama kampanye sudah tak efektif, PPP tetap akan berpatokan pada agama Islam yang menjadi dasar mereka.
meski demikian PPP tak akan membawa isu-isu yang membangun emosi umat Islam. Isu-isu Islam akan dikolaborasikan dengan isu-isu ekonomi kerakyatan dan pendidikan. “Jadi PPP tidak meninggalkan isu-isu Islam dan kepentingan umat Islam, tetapi mengaitkannya dengan sektor pendidikan dan ekonomi,” ujar Arsul kepada Tempo, Senin, 4 Maret 2019.
Ia mengaku tidak khawatir dengan hasil sigi LSI Denny JA yang menyebutkan partai berlambang Ka’bah ini berpotensi tidak lolos ambang batas parlemen 4 persen.
Pasalnya, ujar dia, sejak pemilu 2004 PPP kerap diprediksi tidak lolos PT. Namun faktanya PPP tetap dapat melewati ambang batas hingga saat ini. Karena itu ia mengatakan hasil survei tidak bisa digunakan menjadi patokan.
FIKRI ARIGI | FRISKI RIANA | EGI ADYATAMA