TEMPO.CO, Magelang - Ketua Kemah Budaya Edy Nasri mengatakan Pemilu menjadi alat mengelola perbedaan agar tidak menjadi konflik. Edy menyampaikan rumusan rembuk kemah budaya itu di Desa Tirtasari, Sawangan, Kabupaten Magelang, Ahad, 17/02.
Edy Nasri mengatakan pemilu merupakan salah satu kegiatan kenegaraan yang rutin pada negara-negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara demokratis, kata dia, perbedaan, persamaan, keadilan, dan keberagaman merupakan keniscayaan.
“Oleh karena itu, pemilu menjadi suatu alat untuk mengelola perbedaan agar tidak menjadi konflik. Hal ini sudah biasa dilakukan masyarakat, bukan suatu yang asing,” kata dia. Dengan demikian pemilu tidak perlu disikapi dengan kecemasan atau ketakutan, tetapi hati-hati tetap diperlukan dengan menempatkan kemanusiaan di atas kepentingan politik.
Rumusan dalam rembuk kemah budaya juga menyebutkan pemilu merupakan instrumen rakyat untuk mendapatkan pemimpin yang baik untuk rakyat, bukan instrumen calon untuk mendapatkan suara dari pemilih. "Pemilihan umum yang sehat akan menghasilkan pemimpin yang sehat pula sesuai dengan hati nurani para pemilihnya," kata Edy Nasri.
Edy Nasri mengatakan bahwa kemah budaya, mulai 16 Februari 2019 dan berakhir Minggu diikuti ratusan peserta dari perwakilan kabupaten/kota di Jawa Tengah dan perwakilan dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemah budaya menuju Indonesia bahagia ini menjadi penting karena masyarakat perlu tahu bahwa kebahagiaan ini adalah satu tujuan bersama terkait dengan Indonesia, bagaimana berperan menjaga NKRI ini.
Hasil diskusi ini, kata dia, akan bisa membangun masyarakat, peserta seluruh Jateng. Kami berharap nanti daerah-daerah lain juga bisa melakukan kegiatan seperti ini dalam bentuk apa pun. "Kalau di sini dengan bentuk kemah budaya menuju Indonesia bahagia," katanya.
Ia berharap hasil diskusi ini bisa membangun masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya mengenai pilpres, pileg, dan pemilihan lainnya, melainkan lebih menekankan bagaimana membangun bangsa ini.
ANTARA