TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang tokoh pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), Abdillah Toha menilai masa kampanye pemilu 2019 ini terlalu panjang. “Masyarakat maupun Pemerintah sudah begitu lama membicarakan pemilu dan terus berpikir politik,” kata dia di Jakarta, Rabu, 13/02.
Masa kampanye Pemilu serentak 2019 berlangsung antara 23 September 2018 hingga 13 April 2019. Sementara hari pencoblosan ditetapkan pada 17 April 2019. Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman resmi membuka masa kampanye itu di Lapangan Monas, Jakarta. Dalam pidatonya dia meminta tim kampanye memanfaatkan masa kampanye dengan damai dan tertib, menghindari politisasi suku, agama dan ras, serta saling menghujat.
ABdillah Toha juga menyoroti berkembangnya kekerasan verbal di masa kampanye ini. "Kekerasan verbal yang dituangkan dalam perkataan itu, tidak menutup kemungkinan mengarah pada kekerasan fisik di kalangan pendukung. Terlebih apabila hoaks dan ujaran kebencian itu dikemas atau dikaitkan dengan keagamaan," kata dia.
Abdillah menegaskan pentingnya para elit politik nasional mengendalikan diri dan bertutur kata yang santun.
Dia mengingatkan dengan 250 juta penduduk dan 190 juta peserta pemilu, menjadikan Pemilu Indonesia sebagai peblisit ketiga terbesar di dunia setelah Amerika dan India. "Indonesia berhasil melaksanakan itu di 2014 dan 2009 dengan baik.”
Abdillah berharap pemilu kali ini, meski panas, tapi bisa dilaksanakan dengan baik. “Kita harus merasa bangga, jangan sampai kebanggaan itu nantinya dirusak," kata dia .
ANTARA