TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Sudirman Said mengatakan temuan Tabloid Indonesia Barokah, tidak akan memengaruhi elektabilitas pasangan calon 02. Menurutnya masyarakat dapat menilai sendiri, karena informasi yang diterima bukan hanya dari tabloid yang isinya tendensius menyerang kubunya tersebut.
Baca juga: Tabloid Indonesia Barokah, Kubu Jokowi Heran Kubu Prabowo Gelisah
"Masyarakat kita sudah cukup cerdas. Kan tabloid bukan satu-satunya sumber bacaan mereka. Mereka nonton televisi, punya media sosial, dan akses kepada jejaring internet," ucap Sudirman di Media Center Prabowo - Sandiaga, Jalan Sriwijiaya, Jakarta, Rabu 23 Januari 2019.
Sebelumnya Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu Kabupaten Kuningan menerima laporan adanya ratusan tabloid Indonesia Barokah yang disebar ke pesantren dan pengurus masjid di 32 kecamatan. Tabloid yang ditemukan Pengawas Pemilu Kecamatan itu dilaporkan pada Jumat, 18 Januari 2019.
Tabloid Indonesia Barokah yang disebar itu merupakan edisi I, Desember 2018. Adapun judul muka halaman tabloid itu adalah Reuni 212: Kepentingan Umat atau Kepentingan Politik. Tabloid 16 halaman ini berisi tentang tokoh Islam yang menjadi Pahlawan Nasional di era Presiden Jokowi.
Pada halaman liputan khusus ada headline berjudul Membohongi Publik untuk Kemenangan Politik. Halaman lain mengulas hoax ganggu stabilitas dan keamanan. Pada Rubrik Tabayun menyoroti tabloid Obor Rakyat, Asal Usul Fitnah Jokowi & Antek Asing.
Baca juga: Bawaslu Kuningan Sita 726 Tabloid Indonesia Barokah di 320 Masjid
Sudirman mengatakan tidak tahu siapa dalang di baliknya. Namun seolah menyindir kubu lawan ia mengatakan "Tidak mungkin kan kami buat sendiri, yang bikin kan pasti orang lain," ujar Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini.
Ia menambahkan, tabloid Indonesia Barokah ini bisa jadi merupakan strategi untuk menyerang. Meski begitu mereka tidak khawatir akan ancaman yang dapat ditimbulkan. Menurutnya serangan seperti ini biasanya muncul karena sang penyerang merasa dalam posisi yang tidak aman.
"Saya pernah dengar penuturan seorang ahli, perilaku hewan yang menyerang itu tanda hewan itu sedang tidak nyaman, sedang tidak aman. Jadi melakukan tindakan begitu," ujar dia.