TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrat diprediksi akan kembali menjadi partai menengah dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2019. Hal itu terungkap dalam hasil sigi terbaru Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny JA yang dirilis hari ini.
Baca juga: SBY Beberkan 14 Prioritas Partai Demokrat untuk Rakyat
Hal itu melihat elektabilitas Demokrat yang cenderung stagnan di posisi kelima. "Tanpa dongkrakan, Demokrat bisa kembali ke khittah partai menengah ke bawah," ujar peneliti LSI Denny JA Ardian Sopa di kantornya, Jakarta, Selasa, 8 Januari 2019.
Ardian mengatakan dalam survei lembaganya, elektabilitas Demokrat tak pernah lebih dari 6 persen. Hasil sigi lembaga ini dari Agustus sampai Desember 2018 menunjukkan elektabilitas Demokrat berturut-turut pada angka 5,2 persen, 3,7 persen, 3,4 persen, 4,1 persen, dan 3,3 persen.
Menurut Ardian, saat ini Demokrat memang masih memiliki tokoh pendongkrak elektabilitas seperti Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Meski demikian, kata dia, pamor SBY masih tak berpengaruh banyak ke partai berlambang mercy itu.
"Pamor personal SBY tak terlalu berkorelasi signifikan dengan elektabilitas Demokrat," katanya.
Ardian menilai Demokrat masih memiliki sosok lain sebagai figur yakni Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY. Namun, ucap dia, sosok anak pertama SBY itu masih belum sepopuler ayahnya. "Keyakinan publik terhadap kapabilitas AHY belum kuat. AHY juga belum menjadi figur sentral partai," ucapnya.
Baca juga: Demokrat Bantah SBY Alami Gejala Post Power Syndrome
Ardian berpendapat jika Demokrat terus stagnan dalam elektabilitasnya sekarang, maka partai ini akan menjadi partai menengah seperti pertama kali mengikuti Pemilu 2004. Tercatat, Partai Demokrat memperoleh suara 7,46 persen 2004, 20,85 persen tahun 2009, dan kembali menurun ke 10,19 persen tahun 2014.
Survei LSI Denny JA ini dilakukan setiap bulan dari Agustus hingga Desember 2018. Metode samplingnya menggunakan multistage random sampling dengan 1.200 responden. Pengumpulan data menggunakan wawancara tatap muka dengan menggunakan kuisioner. Adapun tingkat margin of error penelitian ini kurang lebih 2,9 persen.