TEMPO.CO, Jakarta-Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandiaga, Rachmawati Soekarnoputri, menganggap sikap Partai Demokrat yang memilih fokus pada kampanye pemilihan anggota legislatif (pileg) ketimbang pemilihan presiden (pilpres) adalah hal biasa. Musababnya, momentum pileg dan pilpres berlangsung bersamaan.
"Itu sudah kami bicarakan. Kami sudah tahu. Jadi intinya memang kami sudah mengerti, karena kebetulan kan pileg dan pilpres jadi satu," kata Rachmawati saat ditemui di Gedung Rumah Jabatan Anggota DPR RI Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa, 13 November 2018.
Baca: Antara Pileg dan Pilpres 2019, Ibas: Demokrat First
Rachmawati menampik anggapan sikap Partai Demokrat tidak total mendukung kampanye Prabowo - Sandiaga. Ia memaklumi jika partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono itu sedang menggeber suara demi memperoleh minimal 4 persen kursi legislatif.
Meski demikian, kata Rachma, Badan Pemenangan Prabowo - Sandiaga tetap mengatur strategi supaya roda kampanye pemenangan presiden tetap berjalan. Rachmawati menjelaskan Badan Pemenangan sedang mengatur masalah teknis di lapangan terkait dengan pembagian fokus pileg dan pilpres.
Wacana untuk lebih mengutamakan pileg daripada pilpres ini tercetus sejumlah elite Partai Demokrat. Dalam pembekalan caleg partai berlogo mercy yang berlangsung pada Sabtu dan Minggu, 10-11 November lalu, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengimbau kadernya melancarkan strategi untuk menang pileg.
Simak: AHY Klaim Demokrat Tak Bergantung Efek Ekor Jas dari Prabowo
Menurut Hinca pada pileg kali ini Demokrat akan menghadapi petarung yang berat. Petarung berat itu adalah partai-partai yang memiliki ketokohan calon presiden, seperti Gerindra dengan sosok Prabowo Subianto. Gerindra dianggap paling banyak mengambil keuntungan dalam Pemilu serentak April tahun depan.
Senada dengan Hinca, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengakui partainya sedang berfokus meraup 15 persen suara di DPR. Ia juga menegaskan Demokrat tak terlengaruh efek ekor jas Prabowo.