TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Andin Hadiyanto memprediksi laju inflasi akan melonjak 0,5-1 persen bila harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan. Prediksi tersebut untuk penghitungan kenaikan harga BBM Rp 1.000 per liter. "Tapi momen juga mempengaruhi, kalau Juni-Juli akan relatif tinggi," kata Andin di Kementerian Keuangan, Selasa, 26 Agustus 2014.
Ia mengatakan saat ini industri sudah tidak lagi menggunakan BBM bersubsidi. Maka dampak yang ditimbulkan bila harga BBM naik, akan kecil. "Kebanyakan yang pakai transportasi umum yang sebenarnya fundamentalnya masih bagus," kata Andin.
Kenaikan harga BBM, kata Andin, sebaiknya dilakukan saat ini. Kementerian Keuangan menghitung, kenaikan harga BBM Rp 1.000 per liter, akan menghemat anggaran hingga Rp 40 triliun. (Baca: Relawan Minta Jokowi Batalkan Opsi Kenaikan BBM)
Di beberapa negara berkembang, harga BBM tak semata menjadi isu ekonomi melainkan isu politik. "Komunikasi untuk sosialisasi harga BBM ini, harus dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat menyehatkan anggaran dan meningkatkan daya saing energi lain," kata Andin. (Baca: Kenaikan Harga BBM Diusulkan Satu Tahap)
Meski demikian, kenaikan harga BBM tidak bisa dilakukan tiba-tiba melainkan sejak lama. Pengalihan subsidi dapat disalurkan pada kegiatan produktif yang dampaknya akan lebih tinggi. "Misalnya akan dikompensasi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi," kata Andin.
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014, volume BBM bersubsidi dipangkas dari 48 juta kiloliter menjadi 46 juta kiloliter. Sebagai bagian dari upaya pengendalian konsumsi BBM tahun ini, melalui Surat Edaran Kepala BPH Migas Nomor 937 Tahun 2014, pemerintah mengatur pembatasan penjualan solar dan Premium bersubsidi mulai Agustus. Pemangkasan dilakukan sebab sisa kuota hingga akhir tahun hanya sebesar 10 juta kiloliter untuk Premium dan 5,5 juta kiloliter untuk solar. (Baca: Premium Langka, Pertamina Akui Pangkas Kuota)
Akibat ketatnya subsidi BBM, bergulir wacana kenaikan harga BBM. Namun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyatakan pemerintah belum berencana menaikkan harga BBM subsidi pada tahun ini. Sebab, pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya memiliki waktu selama dua bulan terakhir sebelum digantikan oleh pemerintah baru. (Baca: Relawan Minta Jokowi Batalkan Opsi Kenaikan BBM)
"Ya, soal itu harus ada pembicaraan serius, sekarang pemerintah SBY tinggal dua bulan dan segera ada pemerintah baru, jadi tunggu saja," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin, 25 Agustus 2014. (Baca: Kenaikan Harga BBM Diusulkan Satu Tahap)
TRI ARTINING PUTRI
Berita Terpopuler
Lusa, PTUN Akan Jatuhkan Vonis Gugatan Prabowo
Nazaruddin: Nova Riyanti Juga Istri Anas
Kritik Ahok: Jokowi Lelet Ambil Keputusan
Golkar Terancam Ditinggal Koalisi Pendukung Jokowi
Penolakan Tifatul di Medsos, PKS: Alasannya Apa?
Ahok Diminta Waspadai Serangan PKS