Tablig Akbar Jafar Umar Resahkan Warga Yogyakarta

image-gnews
Peserta membawa bendera merah putih berukuran besar saat mengikuti Kirab Budaya Peringatan 1 Abad Hari Jadi Sri Sultan Hamengkubuwono X di Alun-alun Utara Yogyakarta, Minggu (22/04). Kirab berkeliling benteng Keraton Yogyakarta ini merupakan rangkaian puncak acara peringatan 1 abad usia Sultan Hamengkubuwono IX dan hari jadi Keraton Yogyakarta yang ke 256. TEMPO/Suryo Wibowo
Peserta membawa bendera merah putih berukuran besar saat mengikuti Kirab Budaya Peringatan 1 Abad Hari Jadi Sri Sultan Hamengkubuwono X di Alun-alun Utara Yogyakarta, Minggu (22/04). Kirab berkeliling benteng Keraton Yogyakarta ini merupakan rangkaian puncak acara peringatan 1 abad usia Sultan Hamengkubuwono IX dan hari jadi Keraton Yogyakarta yang ke 256. TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan pamflet yang beredar, Panglima Laskar Jihad Jafar Umar Thalib akan menjadi penceramah dalam tablig akbar di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Ahad malam, 8 Juni 2014. Rencana pergelaran tablig akbar itu membuat resah masyarakat lantaran beredar poster melalui media sosial yang menyebutkan bahwa tema acara itu adalah "Perang Melawan Pluralisme".

"Jika memang benar tema itu yang diangkat, berarti Keraton kecolongan, atau bahkan abai sehingga merestui," kata Koordinator Masyarakat Anti-Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) Benny Susanto saat dihubungi Tempo, Ahad, 8 Juni 2014. (Baca:Ansor Duga Penyerang di Sleman Kelompok Baru)

Tak mau inggal diam, Makaryo berencana memantau pelaksanaan acara tersebut. Sebelumnya, nama Jafar sempat disebut sebagai pelaku kekerasan pada 29 Mei lalu di rumah Direktur Galang Press, Julius Felicianus, di Sleman. Jafar disebut sebagai orang yang  memerintahkan pembubaran ibadah umat Katolik di rumah Julius.

Ihwal penyelenggaraan tablig akbar di Masjid Gede, ternyata ada dua poster berisi pengumuman dengan tema berbeda. Poster pertama memuat tulisan tema "Perang Melawan Pluralisme". Warna latar poster tersebut hitam-putih dengan tulisan "Pluralisme" berwarna merah.

Poster kedua berwarna latar hijau dengan gambar Masjid Gedhe Kauman. Isinya berupa ajakan menghadiri tablig akbar untuk silaturahmi dan konsolidasi umat muslim se-DIY. Tema yang diangkat adalah "Umat Islam Bersatu untuk Indonesia yang Maju". Kedua poster menyebut Jafar Umar Thalib sebagai penceramah dan Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Yogyakarta sebagai penyelenggara tablig akbar.

Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Budi Setyawan membenarkan kabar bahwa acara tersebut akan dilangsungkan. Dia mendapat surat izin peminjaman masjid dari FUI Yogyakarta pekan lalu. "Surat itu tidak menyebutkan tema pengajiannya. Lalu saya tanyakan," kata Budi.

Dia mendapat penjelasan bahwa temanya adalah "Umat Islam Bersatu untuk Indonesia yang Maju".  "Saya tanya lagi, 'Bagaimana dengan tema melawan pluralisme?" Kata FUI, itu poster liar," ujar Budi. (Baca:Sultan Rela Jika Penghargaan Pluralisme Dicabut)

Takmir pun memberikan izin peminjaman tempat. FUI juga dikabarkan telah melayangkan surat pemberitahuan penyelenggaraan tablig kepada Kepala Kepolisian Resor Yogyakarta. "Asalkan kegiatannya baik, kami welcome," kata Budi yang akan memberikan penjelasan soal pengajian tersebut dalam pembukaan acara.

Iklan
image-banner
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun masjid tersebut milik Keraton Yogyakarta, Budi menjelaskan, takmir tidak mempunyai hubungan struktur dengan Keraton. Artinya, semua aktivitas di dalam masjid merupakan kewenangan takmir. "Almarhum Sultan HB IX pernah mengatakan, masjid itu digunakan sesuai dengan jemaah," kata Budi.

Adik Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendara Pangeran Haryo Prabukusumo, enggan memberikan banyak komentar soal itu. Sebab, urusan masjid bukan kewenangannya. "Asalkan tidak menimbulkan masalah, tidak apa-apa. Polisi harus tegas," kata Prabukusumo. (Baca:Anak Gus Dur: Sultan Harus Tegas Hadapi Intolerasi)

Dia mengingatkan, berdasarkan sejarah, Masjid Gedhe Kauman merupakan pintu masuk ajaran Islam di Yogyakarta. Sebelum Islam masuk keprovinsi ini, masjid itu sudah berdiri.

"Masjid itu memperkenalkan Islam di Yogyakarta," kata Prabukusumo.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Terpopuler:
Universitas Padjadjaran Favorit Peserta SBMPTN 
Mahasiswa Jatuh dari Lantai 4 Akhirnya Meninggal 
NU Solo Kebanjiran Pertanyaan tentang Agama Jokowi

Iklan


Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cerita dari Kampung Arab Kini

3 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

7 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

43 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

47 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

51 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.