TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan ide pembentukan koalisi partai Islam menjelang pemilihan presiden tahun ini sulit direalisasikan. "Cita-cita pasti baik, tapi enggak mudah karena masing-masing partai punya cara masing-masing," katanya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan, Jumat, 18 April 2014.
Menurut mantan Ketua Umum Partai Golkar itu, saat ini gagasan membangun koalisi partai Islam tak terlalu relevan lagi. Alasannya, hampir semua partai sudah menjadi partai nasionalis. Gagasan yang diusung setiap partai pun tak lagi terdikotomi pada kepentingan Islam atau nasional. (Baca: Jika Kalla Wapres Jokowi, Warga NU Dukung Prabowo).
Gagasan koalisi bersama ini, menurut Kalla, juga terganjal benturan kepentingan masing-masing partai. Dia menilai antarpartai Islam juga sering tak bersatu dalam menghadapi berbagai persoalan. "Bagaimana di luar bersatu, di dalam saja kadang-kadang juga ada masalah," ujarnya.
Gagasan pembentukan koalisi partai Islam terus mencuat seiring mentoknya lobi sejumlah partai dengan poros utama yang siap bersaing menghadapi pemilihan presiden. Poros itu adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mengusung Joko Widodo, Partai Gerakan Indonesia Raya yang mengusung Prabowo Subianto, dan Partai Golongan Karya yang mendukung Aburizal Bakrie. (Baca juga: Dituding Galang Suara NU, Ini Reaksi Jusuf Kalla).
Serangkaian kegiatan pun mulai dilakukan untuk menjajaki kemungkinan poros ini. Kemarin malam di depan Taman Ismail Marzuki, digelar pertemuan menggagas koalisi partai Islam yang dihadiri tokohnya. Sebelumnya, calon presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa, Rhoma Irama, juga bersafari politik ke sejumlah partai Islam. Rhoma mengaku diutus Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
IRA GUSLINA SUFA
Topik terhangat:
Pelecehan Siswa JIS | Pemilu 2014 | Jokowi | Pesawat Kepresidenan | Prabowo
Berita terpopuler:
Ini Alasan Mahasiswa ITB Tolak Jokowi Masuk Kampus
Anas Siapkan Laporan Kampanye Fiktif SBY
Rahasia Madrid Kalahkan Barcelona