TEMPO.CO , Jakarta: Rohaniwan Franz Magnis Suseno mengatakan punya pertimbangan sendiri dalam memilih presiden. Menurut dia, orang Indonesia nomor satu ini harus mampu melindungi hak-hak minoritas.
Franz Magnis melihat kondisi toleransi masyarakat saat ini sudah mengkhawatirkan. "Ada juga bahkan ekstrimis keagamaan," kata dia dihadapan peserta seminar Kempemimpinan Nasional dan Moralitas di Katedral Mesias, Kemanyoran, Jakarta Pusat pada Sabtu, 5 April 2014.
Menurut dia, gesekan minoritas yang terjadi bukan hanya seputar agama atau etnis tapi sudah merambat sampai antar pendatang dengan penduduk asli. Itulah sebabnya, kata Franz, presiden harus punya rasa untuk menjunjung toleransi dan pluralisme.
"Bagaimana pemerintah melindungi ajaran-ajaran yang selama ini sering disudutkan," ujarnya. Bahkan dia bercerita memiliki teman yang hingga sekarang belum berani pulang ke Indonsia karena alasan toleransi ini.
Soal toleransi minoritas, pada awal 2013 lalu, profesor bidang filsafat ini, pernah protes atas rencana penganugerahan World Statesman Award kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Franz Magnis mengirim surat keberatan ke Appeal of Conscience Foundation (ACF), lembaga yang menganugerahi hadiah tersebut. Saat itu, Franz menyatakan keberatan lantaran tidak terpenuhinya unsur penghormatan terhadap kaum minoritas. Franz mempermasalahkan kelompok yang menjadi korban kekerasan seperti dalam kasus Ahmadiyah dan Syiah yang dicap sesat oleh kelompok aliran keras. (Baca juga: Franz Magnis Sindir Golput: Itu Senjata Lawan Orba)
SYAILENDRA
Berita Lainnya:
Ahok: Blusukan ke Masyarakat Tiru Metode Yesus
Megawati: Masuk Istana Itu Mudah
Kampanye Golkar, Anak Soeharto: Enak Jamanku Tho?
Kampanye di Surabaya, Prabowo Naik Helikopter