TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), mengaku menerima berbagai serangan politik setelah diumumkan maju dalam pemilihan umum presiden. Jokowi menyayangkan serangan itu disampaikan dengan cara mengejek atau mencemooh. “Ya, biasalah dalam politik diejek, dicemooh. Tapi lebih baik politik disampaikan secara santun,” katanya di luar gerbang Balai Kota, Senin, 17 Maret 2014.
Kemarin, tim advokasi Jakarta Baru—slogan kampanye yang digunakan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan Gubernur DKI—menyatakan akan menggugat Jokowi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Tim yang dipimpin Habiburokhman, calon anggota DPR dari Gerindra, menilai pencalonan Jokowi dalam pemilu presiden melanggar hukum. “Langkah Jokowi melanggar asas kepatutan dalam perbuatan melawan hukum,” katanya.
Menurut Habiburokhman, Jokowi telah meninggalkan tanggung jawabnya sebagai Gubernur DKI. Seharusnya Jokowi bertahan memimpin Jakarta selama lima tahun. Dia juga menilai Jokowi tak memenuhi janji-janji yang diucapkannya saat berkampanye. Jokowi, kata Habiburokhman, baru boleh menjadi calon presiden jika telah mampu membenahi Jakarta. (Baca: Di Batu Tulis, Prabowo Punya 10 Jatah Menteri).
Sebelumnya, Ahad lalu, Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto mengeluarkan pernyataan keras dan diduga berkaitan dengan pencalonan Jokowi. Dia meminta masyarakat tak memilih calon presiden yang mencla-mencle. “Calon pemimpin yang mencla-mencle sangat berbahaya bagi Indonesia,” katanya. Ketika ditanya apakah pernyataan itu ditujukan kepada Jokowi, Prabowo enggan menjawab gamblang. “Saya rasa kalian sudah mengerti, kalian cuma ingin nanya saja.”
Prabowo juga mengingatkan soal Perjanjian Batu Tulis yang ditandatanganinya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Megawati bakal mendukung Prabowo sebagai calon presiden pada Pemilu 2014. Prabowo meminta Megawati memberitahunya jika perjanjian itu sudah dianggap tak berlaku. (Baca: Prabowo Ungkit Janji, PDIP: Itu Mengherankan).
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, mengatakan serangan terhadap Jokowi itu merupakan strategi untuk menekan elektabilitasnya menjelang pemilu presiden. Menurut Ari, serangan itu salah satunya ditujukan terhadap integritas Jokowi. Misalnya, ketidakmampuan menangani permasalahan di Jakarta atau mengingatkan janji Jokowi untuk tetap menjadi gubernur selama lima tahun.
Strategi lain, kata Ari, yakni dengan membawa pencalonan Jokowi ke jalur hukum. Ari juga menduga Jokowi bakal dihambat saat mengajukan pengunduran diri sebagai gubernur jika memenangi pemilu presiden. (Baca: Prabowo Merasa Dikhianati Megawati).
Ketua PDI Perjuangan Komaruddin Watubun mengatakan partainya telah membuat daftar potensi serangan terhadap Jokowi. Partai juga sudah menyiapkan strategi untuk mengantisipasi. Tapi Komaruddin enggan menjelaskan strategi itu. “Yang jelas, kami siap menghadapinya.” Dia menegaskan, partainya tak akan membalas serangan tersebut.
Ketua Umum Gerindra Suhardi menilai pencalonan Jokowi menunjukkan PDIP telah ingkar janji. Tapi dia membantah anggapan bahwa partainya bersiasat melawan Jokowi. “Kami kan juga menimbang energi kami menjelang pemilu legislatif,” katanya.
ANANDA TERESIA | RIZKI PUSPITA SARI | BUNGA MANGGIASIH | PRIHANDOKO