TEMPO.CO, Purwokerto - Bupati Banyumas, Jawa Tengah, Achmad Husein, mewajibkan pegawai negeri menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan tiap Kamis. Pencanangan hari bahasa Banyumasan itu mulai berlaku efektif awal tahun ini. “Orang yang menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan di seluruh dunia sekitar 11 juta orang,” kata Achmad, Jumat, 3 Januari 2014.
Dia menjelaskan, aturan penggunaan bahasa Banyumasan sudah dituangkan dalam Keputusan Bupati Banyumas Nomor 1867/2013 tentang Pembinaan Bahasa Jawa di Kabupaten Banyumas. Dengan aturan itu, tiap Kamis pegawai negeri diwajibkan menggunakan dialek Banyumasan, termasuk saat rapat.
Menurut Achmad, pencanangan ini dilakukan karena belakangan banyak penduduk Banyumas yang malu menggunakan dialek itu. “Mereka merasa rendah diri saat menggunakan dialek Banyumasan,” ujar Achmad. Padahal, kata dia, dialek Banyumasan merupakan kekayaan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Dia berharap warga Banyumas dapat bangga memakai bahasa Banyumas. Penerapannya dapat dilakukan saat rapat hingga pada apel pagi.
Pencanangan juga ditandai dengan dibagikannya 1.000 pin bergambar Bawor dan hati, dengan latar belakang merah. Di antara hati terdapat kata ‘Inyong’ dan ‘Banyumas’. Achmad menjelaskan, Bawor sebagai simbol Banyumas. Sementara inyong berarti aku. Gambar hati berwarna merah menunjukkan katresnanan atau suka. Pin itu juga harus dipakai tiap Kamis.
Kepala Seksi Tradisi Sejarah Purbakala Dinas Pemuda dan Olahraga Banyumas, Carlan, mengatakan pengguna bahasa Jawa dialek Banyumasan sudah minim. Akibatnya, banyak generasi muda yang tak dapat berkomunikasi dengan bahasa asli Banyumas. “Di lingkungan dinas dan di sekolah, penggunaan dialek Banyumasan sudah sangat jarang,” ujarnya.
Dia mengatakan, penggunaan dialek Banyumasan untuk komunikasi di lingkungan keluarga juga sudah jarang dilakukan. Mereka lebih suka menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.
Liliek Dharmawan, warga Arcawinangun Banyumas, mengatakan anaknya sama sekali tak bisa berbahasa Banyumasan. “Biar bisa bahasa ibunya, tiap akhir pekan saya ajak anak ke desa untuk bergaul dengan anak-anak desa dan belajar bahasa Banyumasan,” katanya. Menurut Liliek, dalam komunikasi sehari-hari, anaknya lebih suka memakai bahasa Indonesia.
ARIS ANDRIANTO