TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali berkicau di akun twitternya, @SBYudhoyono. Kali ini, SBY berkicau tentang rencana pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi untuk kendaraan pribadi. Seperti kicaun-kicaun sebelumnya, SBY selalui mengakhir cuitnya dengan *SBY*
"Keputusan terkait BBM adalah keputusan yang paling berat karena saya tahu persis akibat yang harus ditanggung oleh masyarakat. *SBY*," kata SBY dalam kicauannya pada Kamis, 18 April 2013 pukul 20.17 WIB.
Menurut dia, pilihan pemerintah adalah yang risiko merugikan masyarakatnya paling kecil. Keputusan jenis ini, kata dia, tidak bisa diambil dengan cepat. "Pilihan yang diambil adalah pilihan dengan konsekuensi beban minimal bagi masyarakat, itulah mengapa keputusan ini memerlukan waktu. *SBY*."
Kendati tetap melindungi rakyat, pilihan tersebut tidak bisa mengacuhkan masa depan perekonomian yang lebih kuat. "Apapun pilihan yang diambil harus menjadikan ekonomi kita lebih kuat dan tidak membebani pemerintahan berikutnya. *SBY*," katanya.
Saat ini, pemerintah tengah mematangkan rencana kenaikan BBM bersubsidi. Dalam skenarionya, harga BBM bersubsidi akan dibagi dua, yaitu harga BBM bersubsidi lama dan baru. Harga lama yakni Rp 4.500 per liter diperuntukan untuk kendaraan pelat kuning dan motor. Adapun harga baru yang diusulkan sebesar Rp 6.500 - Rp 7.500 per liter diperuntukkan kendaraan roda empat pelat hitam.
Untuk menekan angka penyelewengan, skenarionya adalah satu SPBU satu harga. SPBU dengan harga lama tidak boleh melayani konsumen berkendaraan roda empat pelat hitam. Sebaliknya SPBU dengan harga bersubsidi yang baru boleh melayani semua konsumen kecuali konsumen yang diwajibkan membeli BBM non-subsidi seperti kendaraan dinas, BUMN,industri, dan truk serta kendaraan besar untuk pertambangan, kehutanan, dan perkebunan.
ANGGA SUKMA WIJAYA