TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Achmad Basarah meminta Susilo Bambang Yudhoyono menonaktifkan jabatannya sebagai presiden bila benar Demokrat, partai besutannya, mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Bila tetap menjabat presiden, Basarah khawatir pemilu tidak akan berlangsung dengan jujur dan adil.
"Karena sulit dihindari dia tidak akan menggunakan kewenangan yang dimilikinya sebagai presiden menghadapi pilihan politiknya," ujar Basarah melalui telepon selulernya, Kamis, 22 Mei 2014. (Baca: Bertemu SBY, Prabowo: Insya Allah Demokrat Dukung)
Basarah mengatakan SBY selaku presiden memiliki kekuasaan untuk mengatur kinerja aparaturnya di lapangan. Misalnya dalam lingkup militer seperti Tentara Nasional Indonesia dan Badan Intelijen Negara. "Kalau dimanfaatkan untuk kepentingan calon presiden tertentu hasilnya akan sangat signifikan," katanya.
Hasil rapat pimpinan nasional Partai Demokrat memutuskan untuk menjadi oposisi atau tak mendukung calon presiden dalam Pemilu 2014. Namun belakangan terlihat upaya Prabowo Subianto, calon presiden Gerindra, terus melobi partai pemerintah itu untuk bergabung dengannya. Bahkan dikabarkan sejumlah kader Demokrat sudah menyatakan dukungannya kepada Prabowo seperti Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Cornel Simbolon dan Nachrowi Ramli, Ketua Partai Demokrat DKI Jakarta. (Baca: Demokrat Dukung Koalisi Pro-Kebijakan SBY)
Eriko Sotarduga, Wakil Sekretaris Jenderal PDIP lainnya, menyatakan SBY harus menunjukkan sikap kenegarawaannya dengan tetap memenuhi janjinya sebagai oposisi. Ia juga khawatir akan terjadi konflik kepentingan bila benar SBY mendukung Demokrat berkoalisi dengan Gerindra. "Beliau harus legowo dan menjadi negarawan sesungguhnya," ucapnya.
Basarah menambahkan seorang presiden tentu berharap bisa mengakhiri masa jabatannya dengan baik. Ia lantas menyarankan SBY tetap memegang janjinya untuk netral. "Dan saya yakin beliau tidak mau berusak kredibilitasnya sendiri," ucapnya.
Meski begitu, Basarah menyatakan PDIP tetap memiliki strategi khusus menghadapi kemungkinan Demokrat berlabuh ke Gerindra. Namun ia menolak membeberkan strategi tersebut.
TRI SUHARMAN
Berita lain:
Jika Terpilih, Prabowo Boleh Masuk Amerika Serikat
Ahok 'Semprit' Jokowi dan Prabowo
Ini Penantang Yamaha R25 dari Kawasaki